“Kemajuan atau Peminggiran? Mentawai di Bawah Stigma, Proyek, dan Perusakan.”
Oleh: Indira Suryani*
Mentawai selalu terlupakan dan termarginalkan di Provinsi Sumatera Barat yang didominasi oleh peradaban Minangkabau. Stigma tertinggal, primitif dan terbelakang menjadi gambaran Mentawai dalam program-program pemerintah dan pembicaraan khalayak.
Dibalik stigma itu, Sumatra Barat daratan dan Jakarta selalu menyerbu mentawai dengan berbagai proyek-proyek yang menghancurkan air, tanah, hutan, kepercayaan dan kebudayaannya. Mulai dari proyek menebang pohon-pohon hutan yang dijaga puluhan dan ratusan tahun, di antaranya untuk menambah furnitur orang kaya di kota-kota. Lahir pula proyek tanaman energi berserta pembangkit biomassa yang sudah mati tanpa ada artinya bagi masyarakat mentawai. Paling anyar, berdasarkan kemauan dan instruksi dari Jakarta, akan dibangun proyek wisata skala besar (Kawasan Ekonomi Khusus) agar memuaskan hasrat healing para wisatawan kota dengan bangunan bertingkat-tingkat namun merampas tanah dan lokasi hidup masyarakat Mentawai.
Proyek-proyek diyakini akan menciptakan Mentawai yang maju dan berdaya saing dengan Sumatra Barat daratan. Benarkah serbuan proyek dari luar Mentawai ini akan memajukan masyarakat Mentawai?
Kata maju selalu menjadi impian siapapun di Mentawai. Maju jika Mentawai punya jalan raya Trans-Mentawai. Maju jika di Mentawai ada bangunan bertingkat. Maju jika di Mentawai terdapat banyak industri ekstraktif seperti HPH, HTI, HGU dan sebagainya. Namun dongeng ini bahkan sudah terbantahkan oleh Sumatra Barat daratan, yang lebih dahulu dihabisi ruang hidup rakyatnya oleh para perusak, terutama industri ekstraktif. Saat rakyat di Sumatra Barat daratan berteriak dan dipenjara karena mengusir proyek-proyek dan perusahaan ekstraktif dari kampungnya, justru Mentawai dikibuli dan dipaksa menerimanya.
Dihembuskan ke seantero pulau, kabar burung bahwa kedatangan si perusak akan menyekolahkan anak-anak Mentawai ke tempat-tempat terbaik diluar Mentawai. Dihembuskan pula kabar akan datangnya uang yang banyak melimpah ruah jika si perusak datang. Namun tak ada peringatan bahwa jika si perusak datang, jangan berharap air akan jernih, pohon akan berdiri tegak dan tanah terjaga. Tak hanya itu, bersiap-siaplah rakyat Mentawai untuk digusur dari tanah nenek moyangnya, wilayah adatnya, kebun dan ladangnya. Bersiaplah untuk kehilangan udang, ikan dan sumber protein lainnya beserta segala kehidupan sosial dan peradaban yang telah terbangun ribuan tahun lalu.
Jalan terbaik buat rakyat Mentawai adalah memastikan perusak tak menginjakkan kaki dan modalnya di kepulauan Mentawai! Itu adalah satu-satunya pilihan yang harus ditempuh rakyat Mentawai.
Seri Mentawai Simarot: Kembali ke Oinan. Bukan Perpanjang Jalan Bongkar Hutan dapat di download dan dibaca dibawah ini.
Link: Seri Mentawai Simarot-Kembali ke oinan bukan perpanjang jalan bongkar hutan.