Tutur Padusi
LBH Padang – Tutur Padusi – Pengelolan sumber daya alam yang eksploitatif telah menimbulkan ancaman akan bencana sumber daya alam dan perubahan iklim. Banyaknya izin-izin/konsesi yang melanggar hukum atau melanggar perjanjian dengan masyarakat akan berdampak hebat pada lingkungan. Salah satunya dalam pembakaran Batubara yang digunakan untuk menjadi sumber daya listrik. Sejak priode 1800-an aktivitas manusia telah menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama dengan pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas. Permasalah yang di tumpuk sedemikian rupa serta lemahnya regulasi membuat bumi semakin rapuh, sehingga generasi saat ini menanggung akibatnya. Secara umum, para peneliti di Badan Meterologi Inggris yakin bahwa pada tahun 2022-2026 akan muncul rekor suhu terpanas.
Kenaikan suhu bumi tidak saja berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan seperti berkurangnya kualitas dan kuantitas air, punahnya habitat spesies, kebakaran hutan, berkurangnya lahan pertanian dan ekosistem wilayah pesisir, meningkatnya wabah penyakit, tenggelamnya sebagian besar daerah pesisir, kasus kangker kulit, katarak, dan penurunan daya tahan tubuh. LBH Padang yang basisnya adalah hak hak asasi manusia(HAM), saat ini aktif dalam memperjuangkan hak atas lingkungan hidup. Salah satu yang didampingi saat ini yaitu masyarakat Sijantang Kota Sawahlunto yang hidup dilingkungan PLTU Ombilin yang menghasilkan faba yang berdampak untuk kesehatan masyarakat.
Berangkat dari penjabaran tersebut, tentu ini menjadi keresahan kita bersama dan sangat patut untuk kita respon, dalam bentuk apapun. Seperti lahirnya dokumenter yang berjudul “Tutur Padusi”, film dokumenter ini di inisiasi oleh anak-anak muda berkolaborasi yang mempunyai keresahan serta kesadaran terhadap dampak PLTU di Sijantang, Ombilin. PLTU Ombilin yang berdiri sejak tahun 1996 ini, menyumbangkan salah satu limbah bahan berbahaya beracun yang sangat berdampingan dengan masyarakat Sijantang. Sebut saja FABA (Fly ash dan bottom ash) adalah partikel halus berupa abu sisa hasil pembakaran batubara yang naik dan terbang ke permukiman warga. Alhasil berkat FABA, rata-rata masyarakat Sijantang di duga mengalami kerusakan di saluran pernafasan. Dan tentu, PLTU Ombilin juga menyumbang emisi untuk meningkatkan perubahan iklim.
Film Dokumenter ini, merupakan bentuk campaign creative guna upaya mengajak masyarakat umum dari seluruh lapisan untuk mulai menyadari keadaan peningkatan suhu iklim yang berdampak luas pada kehidupan masyrarakat. Maka dari itu kami akan melaunching film “Tutur Padusi” dan juga menggelar open donasi untuk membeli “Kantor LBH Padang” yang saat ini masih menyewa.
B. Tujuan
- Bersama membangun kesadaran untuk menyelamat iklim.
- Mendrong untuk menghentikan pemberian izin baru pembangunan skala besar, yang membuat peningkatan emisi.
- Membentuk kelompok belajar progresif lintas disiplin ilmu.
- Terkumpulnya dana yang cukup utuk membeli kantor LBH Padang sebagai rumah masyarakat
C. Output
- Turut sertanya mitra strategis dari seluruh elemen masyarakat dalam melakukan edukasi dan penyadaran untuk menyelamatkan iklim.
- Adanya Komitmen untuk mendorong kebijakan untuk tidak memberian izin baru pembangunan skala besar yang tidak berkeadilan iklim.
- Terbangunnya konsolidasi antar kelomok lintas disiplin ilmu yang progresif.
- Ikut sertanya mitra strategis mempromosikan kegiatan dan menyumbang pengumpulan dana untuk pembelian kantor LBH Padang
D. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Selasa – Kamis / 21 – 23 Juni 2022
Pukul : 16.00- 22.00WIB
Tempat : Jl. Puma No.15, Dadok Tunggul Hitam, Kec. Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat 25586
E. Peserta
Peserta “Tutur Padusi” archive exhibition and film ini dihadiri dari unsur masyarakat umum, Mitra strategis LBH Padang, NGO, Masyarakat dampingan, akademisi, media, pemerintahan, dan lain-lain.
F. Penyelenggara
“Tutur Padusi” archive exhibition and film diselenggarakan oleh LBH Padang bersama dengan Rumah Ada Seni (RAS), Sekolah Gender Sumatera Barat, Komunitas Seni Nan Tumpah, dan Komunitas Anak Muda Peduli Hutan (AMPH).