Climate Fest | Pilah tu Piliah

CLIMATE FEST | Pilah tu Piliah

Suara Rakyat – Lembaga Bantuan Padang (LBH) Padang bersama komunitas-komunitas kolektif di Kota Padang telah mengangkat suara anak muda dalam menyikapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 dalam pergelaran Climate Fest pada Sabtu, 23 November 2024 di Sreca Garden.

Berbagai bentuk kegiatan telah terlaksana, diantaranya Diskusi Publik, Art Therapy, Monolog hingga penampilan musik dari musisi-musisi lokal Sumatera Barat. Sesuai dengan tema “PILAH TU PILIAH” yang diusung dalam gelaran Climate Fest ini, mampu membuat anak muda bersuara dan menyatukan persepsi dalam menyikapi momentum Pilkada serentak tahun 2024.
Tema yang diangkat dalam gelaran Climate Fest ini yaitu “PILAH TU PILIAH”. Direktur LBH Padang, Indira Suryani, mengatakan tema ini sejalan dengan fenomena dan dinamika dalam momentum Pilkada serentak 2024 ini, yang dimana momentum ini tentu juga harus sejalan dengan semangat untuk mencari pemimpin yang sesuai dengan konteks sosial masyarakat Sumatera Barat dan juga harus memiliki keberpihakan terhadap keadilan lingkungan.

“Sebagai pemilih, masyarakat Sumatera Barat yang nantinya akan menerima konsekuensi dari kinerja pemimpin daerah dalam lima (5) tahun kedepan, tentunya harus memiliki standart pemimpin seperti apa yang akan dipilih pada tanggal 27 November nanti”. Kata Indira.
Lebih lanjut, Indira juga menyampaikan Masyarakat tidak boleh ikut-ikutan dan tertipu dalam narasi-narasi kamapanye, apalagi yang tidak ada kaitanya dengan prospek dalam memimpin kedepannya.

“Jangan terburu-buru dalam menentukan pilihan, penting untuk melihat dulu visi-misi yang diusung oleh para calon ini, apakah sudah mengakomodir kepentingan dari masyarakat Sumatera Barat? proyek-proyek pembangunan yang akan didorong apakah berkeadilan untuk rakyat dan tidak merusak lingkungan? Program-program kerja yang disampaikan pada saat debat atau kampanye apakah mampu menyelesaikan masalah ketimpangan sosial di tataran masyarakat Sumatera Barat? Lalu penting juga untuk melihat rekam jejak calon pemimpin ini juga, apakah pernah terlibat dalam praktik-praktik KKN, apakah ia adil dan bertanggungjawab
dalam memimpin sebelumnya?” lanjut Indira.
Indira mengatakan prinsip-prinsip itu penting untuk di perhatikan saat menentukan pilihan nantinya, agar kita tidak asal pilih.
Dalam gelaran Climate Fest “Pilah Tu Piliah” berbagai pihak dan lintas golongan telah melibatkan diri, dalam merencanakan, mendukung dan meramaikan perhelatan ini. Kegiatan Climate Fest diawali dengan acara Diskusi Publik pada pukul 15.00 WIB, dengan mendiskusikan dan mendalami tema “Pilah Tu Piliah”, Diskusi ini di pantik oleh Dr. Ardinis Arbain seorang Akademisi Unand dan Indira Suryani sebagai Direktur LBH Padang.
Diskusi Publik ini diawali dengan pantikan yang sangat menarik oleh Pak Ardinis, ia
mengatakan Pilkada serentak tahun ini menjadi momentum penting bagi masyarakat untuk mengedepankan dan memberikan standart kepada calon pemimpin untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat Sumatera Barat, terutama persoalan lingkungan.

“Ini adalah persoalan bersama kita, sebagai bentuk kepedulian kita. Untuk persoalan
Sumatera Barat, hari ini adalah kesempatan besar untuk memberikan arahan positif pada calon pemimpin daerah. Semua daerah baik provinsi maupun Kabupaten/Kota harus membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis, disitu dapat dilihat seperti apa kondisi lingkungan suatu daerah, sehingga dapat merencanakan bagaimana caranya keluar dari masalah-masalah yang berujung pada kerusakan lingkungan hidup” kata Ardinis.
Lebih lanjut pak Ardinis mengatakan kondisi Sumatera Barat hari ini memiliki persoalan yang sangat serius yaitu meningkatnya intensitas dan frekuensi bencana alam, ia mengatakan situasi ini sangat berbahaya bagi kehidupan sosial masyarakat Sumatera Barat.
“Kita lihat saja, dalam beberapa tahun belakangan di Sumatera Barat sangat banyak terjadi bencana alam, menghasilkan banyak kerugian dan memakan banyak korban, di pesisir selatan, di silaian, solok dan hampir semua daerah di Sumatera Barat terjadi bencana, bermacam bencana yang terjadi seperti, banjir dan longsor” lanjut Ardinis.
Pak Ardinis melanjutkan banyaknya bencana di Sumatera Barat ini diakibatkan oleh kerusakan lingkungan, penebangan pohon di bagian hulu, hilangnya tutupan kawasan yang berfungsi menyerap air, alih fungsi lahan dan sebagainya.

“Penebangan hutan di bagian hulu sangat berpengaruh, resapan air akan sangat berkurang, tanah tidak mampu lagi menahan laju air dan akan berujung longsor. Tanah-tanah yang dibawa dari hulu kebawah juga berdampak pada pendangkalan sungai dikawasan hilir dan kemudian terjadilah banjir” Jelas Ardinis.
Pak Ardinis mengatakan, persoalan diatas hanyalah sebagian kecil permasalahan lingkungan lalu berujung pada bencana yang terjadi di Sumatera Barat.
“Maka dari itu, diperlukan pemimpin-pemimpin yang mengerti dan mampu memahami persoalan-persoalan tersebut, pemimpin harus mampu menemukan solusinya untuk menunjang kesejahteraan masyarakat. Tidak mungkin perekonomian masyarakat bisa meningkat kalau terus-terusan dilanda bencana, melalui kebijakan-kebijakan seharusnya ini bisa diatasi, kecuali mereka memang tidak mau mengatasinya” tegas Ardinis.
Dalam serial diskusi yang sama, Indira Suryani sebagai Direktur LBH Padang memandang persoalan ini adalah persoalan yang tahun ke tahun terus terjadi. Ia mengatakan ini adalah persoalan politik hukum yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat, namun hanya mengakomodir kepentingan pebisnis.
“Politik Hukum hari ini tidaklah seperti apa yang kita bayangkan di kampus, hari ini penguasa sudah didominasi oleh pebisnis, ada pebisnis tambang, sawit, energi dan pebisnis kapitalis modal tingat besar lainnya. Akibatnya jika mereka berubah menjadi pembuat regulasi atau Undang-undang, mereka akan merubah undang-undang hanya untuk kepentingan mereka, demi mengamankan bisnis mereka, dan mereka akan mengesampaingkan kepentingankepentingan lainya seperti kepentingan untuk kemaslahatan umum, kepentingan lingkungan dan kepentingan untuk keadilan yang berkelanjutan” jelas Indira.
Indira megatakan, bahkan saat ini hukum digunakan untuk mengkriminalisasi rakyat yang ingin mempertahankan haknya dan dianggap mengganggu investasi, seperti yang terjadi dalam investasi energi panas bumi, perkebunan, kehutanan dan lainnya.
“Jadi jangan sesat pikir kalau hukum kita sudah adil terhadap rakyat, sangat jauh dari kata adil, hukum hanya digunakan untuk kapitalisasi modal dan mengeliminasi kepentingan rakyat untuk mempertahankan haknya, seperti mempertahankan tanah, hutan dan kawasannya.
Bahkan hukum dibuat untuk memaksa rakyat untuk tidak boleh menolak dan melawan, jika menolak atau melawan akan lansung dianggap bersalah” lanjut Indira.
Selanjutnya indira juga menyinggung dalam momentum pilkada serentak tahun ini, rakyat harus cerdas dalam menolak semua omong kosong yang dijanji-janjikan oleh para pasangan calon. Ia menambahkan rakyat harus bisa menentukan kepentingannya sendiri untuk diakomodir oleh pemimpin yang nantinya terpilih.
“Rakyat seringkali dibohongi dan di bodoh-bodohi oleh penguasa, untuk itu kita tidak boleh lagi menggantungkan persoalan kita kepada mereka dan berharap mereka akan menyelesaikan persoalan tersebut. Rakyat harus mampu merdeka dalam menentukan pilihannya, dengan melihat visi-misi, rekam jejak, dan integritas dari pemimpin tersebut.
Rakyat juga harus menekankan kepada pemimpin untuk menyelesaikan persoalan yang ada di masyarakat seperti ketimpangan ekonomi, lingkungan, perubahan iklim dan permasalahan sosial lainnya” tegas Indira.
Selain itu Indira juga menegaskan ketika membuat regulasi atau produk hukum, haruslah demi kepentingan rakyat bukan demi kepentingan investor atau kapitalis.
“Jika pemimpin itu tidak mau mengikuti apa yang kita inginkan, tidak berpihak kepada rakyat, kita paksa dia agar mau berpihak kepada kita dan mengikuti kepentingan rakyat” tegas Indira.
Dalam serial diskusi publik yang berjalan selama hampir tiga (3) jam ini, mampu merespon tanggapan-tanggapan progresif dari audiens yang hadir dalam menyikapi pemilihan Kepala Daerah serentak tahun ini. Diskusi publik ditutup dengan tepukan tangan dari semua audiens.
Seusai diskusi publik di sore hari, malam harinya dilanjutkan dengan perhelatan musik yang menampilkan musisi-musisi lokal Sumatera Barat. Masyarakat sipil, mahasiswa, anak muda, pegiat komunitas dan berbagai kelompok maupun individu yang mencapai ratusan orang telah tumpah ruah memadati halaman belakang Sreca Garden.
Sembari menunggu dan menikmati penampilan dari musisi-musisi yang megisi acara, massa juga bisa menikmati Art Therapy yang difasilitasi oleh komunitas Dangau Studio.

Budi Irwandi sebagai owner komunitas seni Dangau Studio mengatakan Art Therapy
merupakan suatu kegiatan terapeutik yang menggunakan proses kreatif dan merupakan bentuk terapi ekpresif. Kegiatan ini bertujuan mengajak partisipan untuk berperan aktif dalam bebas berekspresi melalui gambar, dan mengembangkan kreativitas dalam bidang seni.
“Melalui Art Therapy dapat diketahui potensi dan perasaan seseorang. Biasanya melalui seni rupa seseorang akan jujur dalam melukis karyanya, seperti dalam konteks pemilihan kepala daerah hari ini, kita akan sangat jujur pemimpin seperti apa yang kita inginkan dalam memimpin Sumatera Barat kedepan” ujar Budi.
Bersebelahan dengan lokasi Art Therapy oleh Dangau Studio juga ada Live Mural yang dilakukan oleh Miranda Curly, seorang pegiat mural dari kota Padang. Ia melukiskan gambar yang sesuai dengan tema kegiatan, melalui mural tersebut, miranda ingin menyampaikan pesan, jika kita tidak peduli dan sembarangan memilih pemimpin, tanpa melihat terlebih dahulu niatan dan rekam jejaknya, akan berujung pada kerusakan yang lebih besar dan yang akan menerima dampaknya tentu masyarakat.
Lebih dari itu, semua yang hadir dalam kegiatan Climate Fest sangat menikmati penampilan puisi dan musik dari Renjana Jiwatrisna, Lintang Utara, Kai Suaka Kolekta, The Stuner, Tardup, The Venyamin, Lorelei N The Dwarves dan ditutup dengan penampilan oleh Overside. Yang kesemuanya mampu menghibur seluruh pengunjung dengan lirik-lirik progresif dan himbauan untuk tidak asal-asalan dalam menentukan pilihan calon pemimpin pada Pilkada serentak tahun 2024 ini.
Disela penampilan para talent, host perhelatan musik Climate Fest juga membridging filosofis penampilan para talent dan mengumumkan bagi teman-teman yang beruntung karena telah mengikuti beberapa perlombaan sebelumnya, seperti lomba pembuatan komik, lomba Art Therapy lalu memberikan marchandise sebagai bentuk apresiasi.
Terakhir melalui gelaran Climate Fest ini LBH Padang menghimbau kepada semua
masyarakat pemilih di Sumatera Barat untuk memilah terlebih dahulu sebelum menentukan pilihan pada Pilkada Serentak Tahun 2024 ini, perhatikan visi-misi yang didorong oleh pasangan calon apakah sesuai dengan kondisi sosial masyarakat dan mampu menyelesaikan persoalan di masyarakat, lihat juga program-program yang akan dilakukan, apakah mampu menghilangkan ketimpangan sosial di masyarakat dan memiliki perspektif keadilan lingkungan, lalu lihat rekam jejak pasangan calon, apakah ia orang yang bertanggungjawab dan memiliki integritas dalam pemberantasan KKN di Sumatera Barat.